Abstrak
Latar Belakang: DM adalah salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh gangguan metabolisme kronis ditandai dengan kadar gula yang tinggi. Ulkus diabetikum adalah komplikasi DM yang tidak terkontrol. Salah satu cara untuk mengobati ulkus diabetikum adalah dengan melakukan perawatan luka moist wound healing dan salep. Perawatan luka moist wound healing dan salep telah dikenal mampu untuk memperbaiki integritas kulit dan jaringan dan di RSUD Kota Baubau belum pernah dilakukan tindakan perawatan luka moist wound healing dan salep. Tujuan: Untuk mengetahui penerapan perawatan luka moist wound healing dan salep terhadap integritas kulit dan jaringan dengan DM Tipe 2. Metode: Studi ini menggunakan studi kasus deskriptif dengan satu subjek dengan diagnose DM Tipe 2 dan memiliki masalah keperawatan gangguan integritas kulit/jaringan. Hasil: Hasil dari perawatan luka moist wound healing dan salep yang dilakukan ditemukan bahwa perawatan ini dapat memperbaiki integritas kulit dan jaringan Ny.N. Hal ini dibuktikan dari lembar evaluasi integritas kulit dan jaringan yang dilakukan selama 4 hari, berupa panjang luka dari 14 cm menurun menjadi 13,9 cm, nyeri dengan skala 4 menjadi 2 dan kemerahan disekitar kulit menurun. Kesimpulan: penerapan perawatan luka moist wound healing dan salep efektif dalam perbaikan integritas kulit dan jaringan.
Penulis Koresponden: Hikmawati (hikma2714@gmail.com)
Pendahuluan
Diabetes melitus merupakan kondisi gangguan metabolisme kronis, ditandai dengan kadar gula darah tinggi serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin ini terjadi karena produksi insulin yang tidak memadai oleh sel-sel beta di pankreas atau karena kurangnya respons sel-sel tubuh terhadap insulin.
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa sebagian besar kasus Diabetes Melitus (DM) berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat, yang menyumbang sekitar setengah dari total kasus DM di seluruh dunia (Riskesdas, 2018). International Diabetes Federation (IDF) melaporkan bahwa terdapat 537 juta orang dewasa (usia 20-79 tahun) yang menderita DM, dengan 6,7 juta kematian setiap tahun akibat penyakit ini. Negara-negara dengan prevalensi DM tertinggi adalah Tiongkok, India, dan Pakistan, sementara Indonesia berada di peringkat kelima dengan jumlah penderita mencapai 19,47 juta, atau sekitar 10,6% dari total penduduk (Pahlevi, 2021). (Susanto & Kusumastuti, 2024)
Di Indonesia, diabetes melitus (DM) menjadi penyebab kematian ketiga terbesar dengan persentase 6,7%, berada di belakang stroke (21,1%) dan penyakit jantung (12,9%). Peningkatan prevalensi DM juga terlihat pada penduduk usia lebih dari 15 tahun berdasarkan pemeriksaan darah, dari 6,9% menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Resti & Cahyati, 2022). Di provinsi Sulawesi Tenggara, tercatat sebanyak 22.982 orang mengidap diabetes. Berdasarkan data yang ada, berbagai metode pengobatan digunakan oleh pengidap diabetes ini, dengan 82,6% menjalani pengobatan menggunakan obat anti-DM/OAD dari tenaga medis, 2,2% menggunakan injeksi insulin, dan 6,5% tidak menjalani pengobatan apapun (Riskesdas, 2018). Jumlah penderita diabetes terus meningkat setiap tahunnya selama dua tahun terakhir, dengan 316 kasus DM pada tahun 2022 dan 505 kasus pada tahun 2023 (RSUD Kota Bau-bau, 2023).
Diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk komplikasi pada ginjal, kardiovaskular, dan ulkus diabetikum (Decroli, 2019). Ulkus diabetes merupakan salah satu komplikasi yang paling serius bagi penderita diabetes. Ulkus diabetikum sering muncul sekarang ini, di mana luka pada kaki penderita diabetes melitus disebabkan oleh infeksi yang mencapai jaringan subkutan. Penderita diabetes dengan komplikasi ulkus sulit diobati karena kerusakan pembuluh darah menuju lokasi luka. Beberapa metode untuk mengobati ulkus diabetikum adalah perawatan luka diabetes (Yusri, 2020).
Perawatan yang tepat dapat membantu luka secara optimal. Akibatnya, untuk mengatasi hal tersebut, salah satu pendekatan perawatan luka digunakan. Perawatan luka basah adalah teknik untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, memungkinkan penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan terjadi secara alami. Selain itu, ada keuntungan dari teknik ini. Luka sembuh dengan cepat, penyembuhannya baik, dan dapat mengurangi biaya perawatan luka (Primadani & Safitri, 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2020) yang menyatakan bahwa metcovazin membantu menyembuhkan luka diabetes. Penelitian tersebut menemukan bahwa penggunaan metcovazin dengan konsep lembab mempercepat penyembuhan luka pasien dan membuat luka tertutup dan sembuh lebih cepat. Penelitian Pipit (2021) menemukan bahwa penggunaan metode penyembuhan luka basah dan metcovazin biasa sebagai balutan dapat mempercepat penyembuhan dasar luka. Masa penyembuhan berlangsung selama dua minggu. Untuk balutan, tidak ada penggantian setiap hari kecuali tiga hari sekali. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa setelah balutan diganti selama tiga hari sekali, presentasi luka menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan jaringan baru yang cepat juga mengurangi nyeri, edema, dan eritema. Oleh karena itu, metcovazin telah terbukti cukup efektif dalam pengobatan luka diabetes.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Colin dan Listiana (2022) Menemukan bahwa perawatan luka lembab modern yang menggunakan metcovazin penyembuhannya lebih cepat dibandingkan dengan metode lama. Ukuran luka, kedalaman, tepi, dan epitelisasi memiliki peningkatan kesembuhan selama perawatan modern.
Tujuan studi kasus ini untuk untuk mengetahui penerapan perawatan luka moist wound healing dan salep terhadap integritas kulit dan jaringan dengan diabetes melitus tipe 2.
Sajian Kasus
Gambaran Subyek Studi Kasus
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 7 Juli 2024 hingga 10 Juli 2024. Kriteria untuk subjek penelitian mencakup: pasien yang terdiagnosis Diabetes Melitus tipe 2 dengan masalah gangguan integritas kulit atau jaringan, pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan ulkus diabetik yang bersedia menjalani perawatan luka dengan metode moist wound healing dan penggunaan salep, serta pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan ulkus diabetik yang bersedia diwawancarai dan menunjukkan sikap kooperatif.
Riwayat Kesehatan
Hasil penelitian yang dilakukan dengan format pengkajian keperawatan medikal bedah terkait integritas kulit dan jaringan pada pasien diabetes mellitus DM tipe 2 pada tanggal 7 juli 2024 menunjukkan data sebagai berikut: Pasien inisial Ny. N, berusia 52 tahun, beragama islam, berasal dari suku Buton Selatan, pendidikan terakhir SMA, bertempat tinggal di Sangia Wambulu (Buton Tengah), bekerja sebagai petani dengan penghasilan < 1.000.000 perbulan dan telah dirawat di RSUD Kota Baubau sejak 6 juli 2024.
Keluhan utama yang dirasakan klien saat ini yaitu ada luka pada kaki kanan. Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. N menunjukkan bahwa Tekanan Darah adalah 125/80 mmHg, Nadi 98 kali per menit, Pernapasan 20 kali per menit, dan Suhu tubuh 36,8°C.
Klien sebelumnya pernah mengalami Diabetes Melitus tipe 2 dan diamputasi ibu jari kaki kanannya serta konsumsi insulin secara teratur dan telah dirawat di rumah sakit karena kondisi tersebut. Klien tidak memiliki catatan alergi terhadap makanan, minuman, zat tertentu, atau obat-obatan. Klien mengatakan bahwa almarhumah ibunya memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
Pengkajian Kebutuhan Dasar
Selama pengkajian pola nutrisi, klien mengatakan bahwa sebelum sakit, klien mengonsumsi makanan 3 kali sehari dengan porsi yang sedikit karena klien takut gula darahnya menjadi lebih tinggi dan akan mempengaruhi luka pada kakinya. Selama sakit, klien mengatakan mengonsumsi makanan 3 kali sehari dengan porsi yang lebih banyak dan selalu dihabiskan, tidak jarang keluarga pasien membelikan makanan dari luar berupa ikan bakar dan sayur-sayuran bening. Klien tidak khawatir dengan pola makannya yang lebih banyak karena memperoleh suntikan novorapid.
Untuk pola istirahat dan tidur klien. Klien mengatakan sebelum sakit klien biasannya tidur siang selama 2-3 jam dan tidur malamnya 4-6 jam tidak teratur. Setelah sakit klien lebih sering tidur siang dengan 3-4 jam dan tidur malamnya 4-5 jam tidak teratur. Klien sering terbangun untuk buang air kecil baik sebelum maupun selama klien masuk rumah sakit. Tidak jarang klien bangun tidur untuk minum karena sering haus.
Sebelum sakit, klien sering menemani suaminya berkebun kemudian menjual hasil panennya ke pasar dan mengurus pekerjaan rumah tangga setiap hari, mampu berjalan, dapat mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk atau berdiri, dan tidak memerlukan alat bantu untuk bergerak. Namun, setelah sakit, klien tidak mampu melakukan aktivitas-aktivitasnya lagi. Bahkan, untuk eliminasi klien membutuhkan bantuan.
Pada pengkajian didapatkan data pasien mengeluh adanya luka pada kaki kanan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya luka ulkus diabetic pada punggung kaki dengan stadium luka (5), ukuran luka adalah panjang 14 cm dan lebar 8 cm. Tepi luka tampak terhubung dengan dasar luka, kedalaman luka ± 4 cm, dengan tipe eksudat purulen yang berbau. Jumlah eksudat yang keluar tergolong sedang, dan kulit di sekitar luka menunjukkan warna kemerahan, tipe jaringan granulasi 80 %, 0% jaringan mati, nekrotik 0%, epitelisasi 20 %, skala nyeri 4. Pasien telah menjalani post op amputasi ibu jari kaki kanan 2 minggu yang lalu.
Berdasarkan evaluasi pada klien Ny. N, teridentifikasi masalah keperawatan yang mencakup gangguan pada integritas kulit dan jaringan yang disebabkan oleh neuropati perifer, yang ditunjukkan oleh adanya kerusakan pada jaringan dan/atau kulit. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan intervensi dengan tujuan untuk memperbaiki integritas kulit dan jaringan. Salah satu terapi yang diberikan adalah perawatan luka moist wound healing dan salep metcovazin pada luka, yang direncanakan akan dilakukan selama 4 hari setiap 2 hari sekali di siang hari. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk memperbaiki masalah integritas kulit dan jaringan yang dialami oleh klien. Penilaian tingkat integritas kulit dan jaringan ini menggunakan lembar penilaian yang disusun oleh peneliti berdasarkan pedoman Standar Luaran Keperawatan Indonesia, dengan kriteria penilaian berbasis objectif dan subjektif.
Intervensi dan Hasil
Figure 1. Luka klien Ny. N pada tanggal 7 juli 2024
Implementasi hari pertama, hari minggu 07 Juli 2024 jam 13:00, didapatkan sebelum tindakan perawatan luka dilakukan tampak balutan kaki klien sudah basah, berwarna kuning dan berbau khas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan perawatan luka dengan cara, peneliti menutup sampiran, menempatkan pasien dengan posisi nyaman dan lukannya dapat terlihat dengan baik, kemudian mendekatkan alat, memasang perlak dibawah kaki klien, memakai sarung tangan, membasahi balutan dengan NaCl, membuka balutan kaki klien secara perlahan dan membuangnya di kantung kresek, setelah itu di observasi luas, kedalaman, cairan dan yang lainnya, setelah selesai di observasi, luka klien dicuci menggunakan sabun luka dari daerah sekitar luka dengan menggunakan kasa, setelah itu mencuci bagian lukannya dengan menggunakan tangan yang dibalut handscoon (tidak melakukan penekanan pada luka), kemudian di bilas dengan wound irrigation solution, setelas selesai dibilas, peneliti menekah area di sekitar luka untuk mengeluarkan pus dari dalam luka pasien, setelah selesai, dibilas kembali dengan menggunakan wound irrigation solution. Setelah itu mengganti sarung tangan, luka yang sudah dibersihkan di olesi salep metcovazin sekitar 2 mm dan di balut dengan dressing foam sesuai ukuran luka, kemudian dibalut lagi dengan kassa steril dan kassa gulung dan pada balutan terakhir dengan greb bandage. Hasil yang didapatkan pada implementasi hari pertama pada siang hari tampak, stadium luka (5), ukuran luka adalah panjang 14 cm dan lebar 8 cm. Tepi luka tampak menyatu dengan dasar luka, dengan kedalaman sekitar 4 cm pada arah jam 12. Eksudat yang keluar berjenis purulen (berbau) dengan jumlah sedang, dan kulit di sekitar luka menunjukkan kemerahan, tipe jaringan granulasi 80%, nekrotik 0%, epitelisasi 20%, skala nyeri 4 (sedang).
Figure 2. Luka klien Ny. N pada tanggal 9 juli 2024
Implementasi kedua, hari selasa 9 Juli 2024 jam 13.00, didapatkan sebelum tindakan perawatan luka tampak balutan luka klien sudah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas. Kemudian peneliti melakukan kembali tindakan perawatan luka yang disesuaikan dengan SOP. Hasil yang didapatkan pada implementasi hari kedua pada siang hari, tampak stadium luka (5), dengan ukuran panjang 13,9 cm (cukup membaik) dan lebar luka adalah 8 cm, dengan batas tepi yang tampak menyatu dengan dasar luka. Kedalaman luka mencapai 4 cm pada arah jam 12, dengan tipe eksudat purulen yang berbau. Jumlah eksudat yang keluar tergolong sedang, dan tidak terlihat kemerahan di sekitar luka (telah menurun), tipe jaringan granulasi 80%, nekrotik 0%, epitelisasi 20%, skala nyeri 2 (ringan) (cukup menurun).
Kerusakan jaringan
Item | Pengkajian | Skala | |
---|---|---|---|
Hari ke 1 | Hari ke 4 | ||
Ukuran (panjang x lebar) | > 80 cm² (Skor 5) | ✔ | ✔ |
Kedalaman | Seluruh lapisan kulit hilang dengan destruksi luas, kerusakan jaringan otot, tulang (Skor 5) | ✔ | ✔ |
Tepi luka | Batas tepi terlihat, menyatu dengan dasar luka (Skor 2) | ✔ | ✔ |
GOA (lubang pada luka yang ada di bawah jaringan sehat | Goa 4 cm di area manapun (Skor 5) | ✔ | ✔ |
Tipe jaringan nekrosis | Tidak ada jaringan nekrotik (Skor 1) | ✔ | ✔ |
Jumlah jaringan nekrosis | Tidak ada jaringan nekrotik (Skor 1) | ✔ | ✔ |
Tipe eksudat | Purulen (encer atau kental, keruh, kecoklatan kekuningan, dengan atau tanpa bau) (Skor 5) | ✔ | ✔ |
Jumlah eksudat | Sedikit: Permukaan luka moist, eksudat membasahi 25% balutan (Skor 3) | ✔ | |
Moderat: Eksudat terdapat 25% dan <75% dari balutan yang digunakan (Skor 4) | ✔ | ||
Warna kulit sekitar luka | Pink atau warna kulit normal setiap bagian luka (Skor 1) | ✔ | ✔ |
Jaringan yang edema | Tidak ada pitting edema sepanjang < 4 cm di sekitar luka (Skor 2) | ✔ | ✔ |
Pengerasan jaringan tepi | Indurasi < 2 cm sekitar luka (Skor 2) | ✔ | ✔ |
Jaringan granulasi | Terang, merah seperti daging; 75% s/d 100% luka terisi granulasi, atau jaringan tumbuh (Skor 2) | ✔ | ✔ |
Epitelisasi | < 25% cpitalisasi (Skor 5) | ✔ | ✔ |
Total Skor | 39 | 38 |
Nyeri
Hari | Nyeri ( Skala 1-10) |
---|---|
Minggu (7 juli 2024) | 4 ( sedang) |
Selasa (9 juli 2024) | 2 (cukup menurun) |
Kemerahan
Implementasi | Kemerahan (ada/tidak ada) | |
---|---|---|
Minggu (7 juli 2024) | Ada | Ada |
Selasa (9 juli 2024) | Tidak ada (menurun) | Tidak ada (menurun) |
Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti terkait penerapan perawatan luka moist wound healing dan salep terhadap perbaikan integritas kulit dan jaringan pada pasien Ny. N di Ruang Bedah RSUD Kota Baubau selama 4 hari. Dalam kasus Ny. N, keluhan utamanya adalah adanya luka pada kaki kanan. Oleh karena itu, masalah keperawatan yang dipilih pada Ny. N adalah gangguan integritas kulit/jaringan yang berhubungan dengan neuropati perifer yang mengakibatkan perubahan jaringan lunak dan tulang, termasuk luka dan infeksi. Sehingga terjadi kerusakan kulit/jaringan.
Dalam perbaikan integritas kulit dan jaringan, peneliti memilih terapi perawatan luka moist wound healing dan salep sebagai salah satu intervensi yang efektif. Perawatan luka moist wound healing dan salep bermanfaat untuk mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka, mencegah penyebaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka ke daerah sekitar, membantu penyembuhan luka, menghilangkan sel dan jaringan kulit mati, meningkatkan harga diri pasien dan mencegah bertambahnya kerusakan jaringan. Metode perawatan luka dengan teknik moist wound healing serta penggunaan salep berfungsi untuk menjaga kelembaban luka melalui penggunaan balutan yang menahan kelembaban. Hal ini memungkinkan proses penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan berlangsung secara alami. Salep Metcovazin reguler, yang terdiri dari zinc, chitosan, dan bahan-bahan tambahan lainnya, merupakan terapi topikal yang secara klinis terbukti mendukung proses penyembuhan luka. Dengan demikian, penggunaan metode moist wound healing dan salep ini diyakini dapat meningkatkan integritas kulit dan jaringan yang dirasakan oleh pasien. Peneliti mengisi lembar observasi berdasarkan keluhan dan pengamatan untuk memastikan bahwa evaluasi semata-mata didasarkan pada hasil penerapan perawatan luka moist wound healing dan salep yang dilakukan selama 15-30 menit.
Dari hasil perawatan luka moist wound healing dan salep pada luka ulkus diabetik yang dilakukan setiap 2 hari sekali selama empat hari perawatan untuk luka diabetik diabetes mellitus tipe 2 Ny.N ditemukan bahwa perawatan ini dapat memperbaiki integritas kulit dan jaringan Ny.N. Hal ini dibuktikan dari lembar evaluasi integritas kulit dan jaringan yang dilakukan selama 4 hari, berupa panjang luka dari 14 cm menurun menjadi 13, 9 cm, nyeri dengan skala 4 menjadi 2 ( cukup menurun) dan kemerahan disekitar kulit yang semula ada menjadi tidak ada (menurun).
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2020) menyatakan bahwa metcovazin membantu menyembuhkan luka diabetes. Penelitian tersebut menemukan bahwa penggunaan metcovazin dengan konsep lembab mempercepat penyembuhan luka pasien dan membuat luka tertutup dan sembuh lebih cepat.
Penelitian Pipit (2021) menemukan bahwa penggunaan metode penyembuhan luka basah dan metcovazin sebagai balutan dapat mempercepat penyembuhan dasar luka. Masa penyembuhan berlangsung selama dua minggu. Untuk balutan, tidak ada penggantian setiap hari kecuali tiga hari sekali. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa setelah balutan diganti selama tiga hari sekali, presentasi luka menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan jaringan baru yang cepat juga mengurangi nyeri, edema, dan eritema. Oleh karena itu, metcovazin telah terbukti cukup efektif dalam pengobatan luka diabetes.
Meskipun perawatan luka moist wound healing dan salep dapat memberikan manfaat signifikan dalam perbaikan integritas kulit dan jaringan, pengurangan nyeri dan pengurangan kemerahan. Penting untuk diingat bahwa penggunaannya sebaiknya disesuaikan sebagai bagian dari strategi pengelolaan perawatan luka yang komprehensif. Perawatan medis lainnya dan rekomendasi pengobatan dari dokter harus diikutsertakan sepenuhnya dalam perencanaan pengobatan pasien. Perawatan luka moist wound healing dan salep seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti untuk perawatan medis yang direkomendasikan secara penuh oleh dokter. Walaupun demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bukti awal yang menjanjikan tentang efektivitas perawatan luka moist wound healing dan salep dalam perbaikan integritas kulit dan jaringan dengan diabetes mellitus tipe 2, tetap diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi temuan ini. Langkah ini penting untuk memperluas pemahaman kita tentang potensi penggunaan perawatan luka moist wound healing dan salep metcovazin sebagai bagian dari perawatan yang komprehensif bagi pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan ulkus diabetik.
Keterbatasan Studi Kasus
Studi kasus pada Ny. N terhadap penerapan perawatan luka moist wound healing dan salep pada kerusakan integritas kulit dan jaringan memiliki beberapa keterbatasan antara lain. Pertama, penelitian ini terbatas pada satu metode intervensi saja, yaitu perawatan luka moist wound healing dan salep metcovazin, sehingga tidak mempertimbangkan efek dari metode lain yang mungkin juga efektif dalam perbaikan kerusakan pada integritas kulit dan jaringan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami ulkus diabetik. Kedua, ukuran sampel yang kecil menjadi keterbatasan serius dalam menggeneralisasi hasil. Dalam studi ini hanya satu pasien yang diambil sebagai sampel, sehingga tidak mewakili variasi yang mungkin ada diantara populasi pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan ulkus diabetic keseluruhan. Hal ini mengurangi validitas dan reliabilitas dari temuan yang didapatkan. Meskipun memiliki keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tetap bisa menyelesikan studi kasus ini dan memberikan kontribusi berharga terhadap ilmu penegetahuan.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai penggunaan metode perawatan luka dengan teknik moist wound healing dan aplikasi salep untuk menjaga integritas kulit serta jaringan pada pasien Ny.N yang mengalami Diabetes Mellitus tipe 2 dengan ulkus diabetik, dapat disimpulkan bahwa Ny.N mengalami berupa panjang luka dari 14 cm menurun menjadi 13, 9 cm kategori cukup meningkat, nyeri dengan skala 4 menjadi 2 (cukup menurun) dan kemerahan disekitar kulit yang semula ada menjadi tidak ada. Hasil ini memenuhi kriteria hasil yang diharapakan oleh peneliti dalam mengatasi integritas kulit dan jaringan pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Namun, penting untuk di catat bahwa perawatan luka menggunakan metode moist wound healing dan salep sebaiknya dianggap sebagai terapi tambahan dan bukan sebagai pengganti perawatan medis konvensional. Metode ini digunakan sebagai salah satu opsi tambahan dalam pengelolaan luka. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan tim perawatan kesehatan secara menyeluruh dalam menentukan keputusan terkait penggunaan dan pelaksanaan terapi sebagai bagian dari pendekatan terapi yang menyeluruh
Sumber Pustaka
Aini, A. N., & Indarjo, S. (2021). Indonesian Journal of Public Health and Nutrition Perilaku Sehat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang Mengalami Gangren di Puskesmas Halmahera Kota Semarang Article Info. Ijphn, 1(1), 72–68. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN
Dilla Rachmatul Khoir, & Hertuida Clara. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang Kesehatan, 3(2), 133–147. https://doi.org/10.36971/keperawatan.v3i2.49
Fadhillah, R. P., Rahma, R., Sepharni, A., Mufidah, R., Sari, B. N., & Pangestu, A. (2022). Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus Berdasarkan Faktor-Faktor Penyebab Diabetes menggunakan Algoritma C4.5. JIPI (Jurnal Ilmiah Penelitian Dan Pembelajaran Informatika), 7(4), 1265–1270. https://doi.org/10.29100/jipi.v7i4.3248
Galicia-Garcia, U., Benito-Vicente, A., Jebari, S., Larrea-Sebal, A., Siddiqi, H., Uribe, K. B., Ostolaza, H., & Martín, C. (2020). Pathophysiology of type 2 diabetes mellitus. In International Journal of Molecular Sciences (Vol. 21, Issue 17, pp. 1–34). https://doi.org/10.3390/ijms21176275
Hardianto, D. (2021). Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala, Diagnosis, Pencegahan, Dan Pengobatan. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 7(2), 304–317. https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i2.4209
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi, Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan. UIN Alauddin Makassar, November, 237–241. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb
Nuraisyah, F. (2018). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 13(2), 120–127. https://doi.org/10.31101/jkk.395
Primadani, A. F., & Safitri, D. N. P. (2021). Proses Penyembuhan Luka Kaki Diabetik Dengan Perawatan Luka Metode Moist Wound Healing. Ners Muda, 2(1), 9. https://doi.org/10.26714/nm.v2i1.6255
Resti, H. Y., & Cahyati, W. H. (2022). Kejadian Diabetes Melitus Pada Usia Produktif Di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Higeia Journal Of Public Health Research And Development, 6(3), 350–361. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara. In Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB). http://repository.litbang.kemkes.go.id/3899/1/Riskesdas Sulawesi Tenggara 2018.pdf
Susanti, E., Shobur, S., & Retno, A. (2021). Manajemen Nutrisi Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dengan Masalah Defisit Nutrisi: Studi Kasus. JKM : Jurnal Keperawatan Merdeka, 1(2), 240–245. https://doi.org/10.36086/jkm.v1i2.1007
Susanto, A. D., & Kusumastuti, N. A. (2024). Gudang Jurnal Pengabdian Masyarakat Pendidikan Kesehatan Diabetes Melitus Di Ruangan Mahoni Rumah Sakit Umum Daerah Pakuhaji. 2(1), 81–86. https://gudangjurnal.com/index.php/gjpm
Syokumawena, Mediarti, D., & Ramadhani, P. (2023). Perawatan Luka Metode Moist Wound Healing Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Dengan Masalah Gangguan Integritas Jaringan: Studi Kasus. Aisyiyah Medika, 3(2), 312–318.
Yusri, A. Z. dan D. (2020). 済無No Title No Title No Title. Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(2), 809–820.
Nurlina. (2024). Memahami metodologi keperawatan (1st ed.). PT Nasya Expanding Management
Nursalam. (2020). konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman skripsi,tesis,dan instrumen penelitian keperawatan (salemba medika, Ed.; edisi 2). Edwar tanujaya.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia Definisi dan Indiktor Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperwatan Indonesia Definisi dan Indiktor Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperwatan Indonesia Definisi dan Indiktor Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Tholib, Ali Maghfuri. 2016. Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta : Salemba Medika