Abstrak
Pendahuluan
Seseorang mengalami masa pubertas adalah usia umur 10-19 tahun merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Reaksi yang sering muncul jika datang haid pertama (menarke), yaitu reaksi negatif, ketika muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasa keluhan- keluhan psikologis. Reaksi-reaksi tersebut kemungkinan biasa muncul karena ketidaktahuan remaja tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada awal kehidupan dan kurangnya pengetahuan, dimana hal ini bisa disebabkan dari segi fisik dan psikologis remaja yang belum matang, informasi yang kurang dari orang tua menyebabkan timbulnya perasaan cemas dan takut pada remaja ketika menstruasi pertama tiba, sehingga diperlukan pengetahuan yang baik, salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarke pada siswi di SD Negeri 19 Sijuk, Belitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarke pada siswi Di SD Negeri 19 Sijuk, Belitung.
Metode
Metode yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan desain one group pretest-posttest. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah uji stastistik wilcoxon dengan bantuan komputer program SPSS.
Hasil
Uji Wilcoxon didapatkan pada 30 responden mayoritas tidak ada perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dimana nilai ties 26 yang artinya 26 dari 30 responden tetap berpengetahuan baik. Selain itu ditemukan juga nilai positif ranks 4 artinya terdapat 4 respoden mengalami peningkatan pengetahuan dari kurang menjadi baik setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hasil uji statistik ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang manarche pada siswi di SDN 19 Sijuk.
Kesimpulan dan saran
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi dalam menghadapi menarke di SD Negeri 19 Sijuk Kabupaten Belitung. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dengan metode yang berbeda.
Pendahuluan
Seseorang mengalami masa pubertas adalah usia umur 10-19 tahun merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Peristiwa yang biasanya terjadi pada anak remaja adalah datangnya haid pertama atau menarke (1). Pubertas adalah periode yang unik dan khusus yang di tandai dengan perubahan-perubahan pada perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada periode sebelumnya dalam rentan kehidupan manuasia. Karakteristik pertama pada masa pubertas adalah masa pubertas sebagai periode yang tumpeng tindih, di karenakan terjadi tumpeng tindih antara tahun akhir kanak-kanak dengan masa awal remaja. Selama masa pubertas, anak mulai matang secara sexual anak dan lebih di kenal sebagai remaja muda (1,2).
Definisi menarke menurut Alam et al. (3) menarke diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang wanita pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 12 sampai 14 tahun. Datangnya menarke tidak sama pada setiap remaja putri, terkadang ada seorang remaja putri menarke di usia 8 tahun, ada pula pada usia 12 tahun, bahkan di usia 16 tahun (4). Menstruasi merupakan kejadian yang penting dalam kehidupan seorang perempuan, ini karena menstruasi menjadi tanda seorang perempuan telah siap untuk menjalankan fungsinya untuk bereproduksi. Menarke atau menstruasi pertama kali dimulai sekitar usia 12-14 tahun dan ditandai dengan tanda seksual sekunder tumbuh berkembang, seperti pembesaran payudara, tumbuh rambut ketiak, panggul membesar dan juga mulai berkembangnya organ reproduksi yang siap untuk dibuahi (5).
Reaksi yang sering muncul jika datang haid pertama (menarke), yaitu reaksi negatif, ketika muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasa keluhan- keluhan psikologis (sakit kepala, sakit pingga, mual-mual, muntah) maupun kondisi psikologis yang tak stabil (bingung, sedih, stress, cemas, mudah tersinggung, marah emosional). Reaksi-reaksi tersebut kemungkinan biasa muncul karena ketidaktahuan remaja tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada awal kehidupan seorang remaja wanita dan kurangnya pengetahuan, dimana hal ini bisa disebabkan dari segi fisik dan psikologis remaja yang belum matang, informasi yang kurang dari orang tua menyebabkan timbulnya perasaan cemas dan takut pada remaja ketika menstruasi pertama tiba (6). Anak yang menghadapi menarke membutuhkan kesiapan mental yang baik karena mengalami perubahan fisik yang drastis saat pubertas akan menyebabkan pergolakan dan perubahan psikis remaja seperti perasaan bingung, berbagai pertanyaaan, ketakutan dan kecemasan (7).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Remaja Tahun 2017 menunjukkan usia menarke perempuan Indonesia adalah usia kurang dari 10 tahun sebanyak 2%, usia 11 tahun sebanyak 7%, usai 12 tahun sebanyak 12%, usia 13 tahun sebanyak 27,7%, usia 14 tahun sebanyak 22,9%, usia 15 tahun sebanyak 10,9%, usia 16 tahun sebanyak 2,3%, usia 17 tahun sebanyak 3,6%. Berdasarkan data SDKI 2017 terdapat 2% remaja perempuan yang mengalami menarke dini (8).
Pengetahuan tentang reproduksi sangat diperlukan pada saat anak, karena kurangnya pengetahuan tentang reproduksi khususnya menarke pada anak dapat berdampak terhadap kesiapan dalam menghadapi menarke. Kesiapan maupun ketidaksiapan menghadapi menarke berdampak terhadap reaksi individual anak pada saat menstruasi pertama yang dapat berdampak positif atau negatif. Dampak negatif yang terjadi seperti timbulnya kecemasan akan higienetas saat menstruasi pertama kali datang yang berakibat terhadap kesehatan organ reproduksinya (9).
Kurang atau salah informasi mengenai menstruasi, membuat remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi dengan dilakukan pendidikan kesehatan (10). Penelitian yang telah dilakukan di Belitung, ditemukan bahwa pengetahuan mempengaruhi remaja putri dalam menghadapi menarke. Hasil yang didapatkan, tingkat pengetahuan yang baik berdampak positif pada kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarke, dan tingkat pengetahuan yang kurang berdampak negatif pada kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarke. Perasaan takut, sedih, marah, bingung, dan merasa direpotkan merupakan bentuk ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi menarke (11).
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran, pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan, dan perubahan perilaku yang diharapkan (12).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di SDN 19 Sijuk ditemukan 8 orang siswi mengatakan tidak mengetahui tentang menarke dan 2 orang siswi mengatakan sudah mengetahui tentang menarke. Maka dari itu, judul penelitian saat ini adalah apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarke pada siswi di SDN 19 Sijuk sebelum dan sesudah diberikannya pendidikan kesehatan mengenai menarke.
Metode
Metode penelitian ini adalah pre-eksperimental design dengan one group pre- post test. Penelitian ini dilakukan Di SD N 19 Sijuk. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi putri kelas IV, V dan VI di SDN 19 Sijuk Kabupaten Belitung. Teknik pengambilan sample dengan purposive sampling dan sample yang gunakan sebanyak 30 responden. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian pendidikan kesehatan tentang menarke dan variabel terikat penelitian ini adalah pengetahuan siswi tentang menarke.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan pada siswa kelas IV, V dan VI. Pengukuran pengetahuan responden pretest dilakukan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan pengukuran pengetahuan posttest setelah pemberian pendidikan kesehatan. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisa univariate dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan responden pada setiap pengukuran dan analisa bivariate menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarke pada siswi Di SD Negeri 19 Sijuk, Belitung.
Hasil
No | Sebelum | No | Sesudah | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Kategori | F | % | Kategori | F | % | ||
1 | Baik | 26 | 86,7 | 1 | Baik | 30 | 100 |
2 | Kurang | 4 | 13,3 | 2 | Kurang | 0 | 100 |
Total | 30 | 100 | Total | 30 | 100 |
Hasil penelitian ini (Tabel 1) menunjukkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang menarke mayolritas 26 (86,7%) relspolndeln memiliki pengetahuan baik, dan ditemukan 4 (13,37%) responden berpengetahuan kurang. Sedangkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan ditemukan semua responden sebanyak 30 (100%) berpengetahuan baik.
No | Tingkat Pengetahuan | Data | |||
---|---|---|---|---|---|
N | M | SD | Min- Maks | ||
1 | Sebelum | 30 | 78,7 | 12,239 | 50-100 |
2 | Sesudah | 86,9 | 9,6197 | 68,8-100 |
Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi dapat dilihat nilai rata-rata tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu 78,7, nilai min-max 50-100 dan nilai SD 12,239. Sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan ditemukan nilai rata-rata 86,9, min-max 68,8-100 dan nilai SD 9,6197 (Tabel 2).
Pemberian Pendidikan Kesehatan | Pengetahuan | N | Mean Rank | Sum of Ranks | Sig. (2-Tailed) |
---|---|---|---|---|---|
Sebelum Sesudah |
Negative Ranks | 0 | .00 | .00 | 0,046 |
Positive Ranks | 4 | 2.50 | 10.00 | ||
Ties | 26 | ||||
Total | 30 |
Tabel 3 didapatkan pada 30 responden mayoritas tidak ada perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dimana nilai ties 26 yang artinya 26 dari 30 responden tetap berpengetahuan baik. Hal tersebut terjadi karena kurangnya konsentrasi responden dalam mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dan daya tanggap masing-masing anak yang berbeda sehingga memiliki waktu yang berbeda dalam memahami informasi yang diterima terutama pada siswi SD dimana dari segi pendidikan dalam kategori dasar, masih membutuhkan bantuan dalam memahami sesuatu. Selain itu ditemukan juga nilai positif ranks 4 artinya terdapat 4 respoden mengalami peningkatan pengetahuan dari kurang menjadi baik setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini terjadi karena pemberian pendidikan kesehatan diikuti dengan baik oleh responden sehingga informasi yang didapatkan dapat dipahami.
Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p value 0,000<0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang manarche pada siswi di SDN 19 Sijuk.
Pembahasan
Hasil dalam penelitian ini ditemukan pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu mayoritas 26 (86,7%) relspolndeln berpengetahuan baik. Hal ini terjadi karena responden sudah pernah mendapatkan informasi dan memahami tentang menarke dari orang tua dan melihat pengalaman teman yang sudah mendapatkan menstruasi. Sedangkan pada responden dengan pengetahuan kurang disebabkan karena belum mendapatkan informasi sehingga belum mengetahui tentang menarke.
Hasil penelitian setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang menarke juga ditemukan semua 30(100%) responden memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini terjadi karena pemberian pendidikan kesehatan tentang menarke pada responden, sehingga memberikan informasi dan bisa dipahami dengan baik. Sedangkan pada 3 (10%) responden berpengetahuan kurang disebabkan karena perbedaan daya tanggap yang dimiliki oleh masing-masing anak, tingkat konsentrasi dalam menerima informasi.
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pendidikan pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau Masyarakat (13).
Menurut Sukmawati et al. (14) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarkat yang merupakan cara perubahan berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat.
Menurut Muchtar (15) tujuan pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan dirinya, keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya, melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah penyakit, mencegah berkembangnya penyakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh suatu penyakit dan memiliki pengertian yang lebih baik mengenai eksistensi dan perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya secara efisien dan efektif.
Hakikat pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyrakat, kelompok, dan individu. Dengan harapan pesan yang akan diberikan akan memberikan pengetahuan yang baik sehingga dapat mengahsilkan perilaku yang baik (5).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian pendidikan kesehatan yaitu faktor penyuluh seperti kurang menguasai materi, kurang menarik, kurang meyakinkan sasaran dan penggunaan bahasa. Berikutnya adalah faktor sasaran seperti tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga pesan yang disampaikan sulit diterima dan tingkat konsentrasi penerima informasi. Faktor terakhir adalah faktor proses dimana pemberian pendidikan kesehatan diwaktu yang kurang tepat, pemilihan tempat penyuluhan, suasan kegiatan yang tidak dapat dikendalikan (16).
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (17).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu informasi/media, lingkungan dan pengalaman (12). Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya. Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Sedangkan Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan.
Hasil penelitian nilai rata-rata tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu 78,7 dan nilai min-max 50-100. Sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai rata-rata 86,9 dan nilai min-max 68,8-100. Maka dapat diartikan bahwa nilai tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengalami peningkatan dari 78,7 menjadi 86,9.
Dari hasil penelitian tersebut, tidak ada kesenjangan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya. Maka dari itu dalam penelitian ini pengetahuan responden sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehata mayoritas mengalami peningkatan pengetahuan dan dari nilai rata-rata juga megalami kenaikan.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian lainnya (18) bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pegetahuan dengan hasil uji Wilcoxon nilai p-value 0,000<0,05. Pendidikan kesehatan berupa penyuluhan akan membiasakan serta menambah pengetahuan.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berasumsi bahwa pemberian pendidikan kesehatan penting dalam memberikan pengetahuan untuk menghasilkan sikap dan perilaku yang baik. Pada siswi SD pendidikan kesehatan bisa melibatkan orang tua agar membantu memantau anaknya dalam mempersiapkan diri menghadapi menarke.
Kesimpulan dan Saran
Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang manarche pada siswi di SDN 19 Sijuk. Oleh karena itu diharapkan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di sekolah-sekolah dan pihak sekolah dapat ikut serta dalam memberikan informasi kepada siswi-siswi untuk persiapan menghadapi menarke. Agar pihak sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk membuat kebijakan terkait kesehatan siswi sekolah dasar salah satunya dalam menghadapi menarke.
Sumber Pustaka
1. Lacroix AE, Gondal H, Shumway KR, Langaker MD. Physiology, Menarche. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470216/
2. Yu EJ, Choe SA, Yun JW, Son M. Association of Early Menarche with Adolescent Health in the Setting of Rapidly Decreasing Age at Menarche. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. 2020 Jun 1;33(3):264–70.
3. Alam S, Syahrir S, Adnan Y, Asis A. Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2021 Sep 1;10(03):200–7.
4. Mishra GD, Cooper R, Tom SE, Kuh D. Early life circumstances and their impact on menarche and menopause. Womens Health (Lond). 2009 Mar;5(2):175–90.
5. Sari NP. Perbandingan menarche pada remaja yang tinggal di kota dengan di desa [Internet] [Undergraduate thesis]. [Universitas Trisakti]: Universitas Trisakti; 2020 [cited 2024 Jun 20]. Available from: http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/index.php/home/detail/detail_koleksi/2/SKR/2016/00000000000000101446/0
6. Syafriani S, Aprilla N, Z.r Z. HUBUNGAN STATUS GIZI DAN UMUR MENARCHE DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 BANGKINANG KOTA 2020. Jurnal Ners. 2021 Apr 30;5(1):32–7.
7. Ilmi AF, Selasmi EW. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas XI di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Edu Masda Journal. 2019 Sep 7;3(2):175–80.
8. Tim SDKI 2017. Survei demografi dan Kesehatan Indonesia 2017: Kesehatan Reproduksi Remaja [Internet]. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 2018. Available from: https://archive.org/details/LaporanSDKI2017Remaja
9. De Sanctis V, Rigon F, Bernasconi S, Bianchin L, Bona G, Bozzola M, et al. Age at Menarche and Menstrual Abnormalities in Adolescence: Does it Matter? The Evidence from a Large Survey among Italian Secondary Schoolgirls. Indian J Pediatr. 2019 Feb 1;86(1):34–41.
10. Mouliza N. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri di MTS Negeri 3 Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 2020 Jul 1;20(2):545–50.
11. Emilda S. ANALISIS KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan. 2021 Jan 21;11(21):93–101.
12. Widyastutik D, Hapsari E, M MY, Rohmatika D, Hapsari Y. PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE DENGAN METODE AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. 2022 Jan 19;18–23.
13. Winarti A, Fatimah FS, Rizky W. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kecemasan Tentang Menarche pada Siswi Kelas V Sekolah Dasar. JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia) (Indonesian Journal of Nursing and Midwifery). 2017 May 16;5(1):51–7.
14. Sukmawati E, Imamah NDN, Sulistyoningrum I. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI. 2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN [Internet]. 2016 Oct 31;6(4). Available from: https://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik/article/view/26
15. Muchtar HM. MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE DI SEKOLAH DASAR. Menara Ilmu : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah [Internet]. 2017;11(75). Available from: https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/453
16. Mubarak N, Safdar S, Faiz S, Khan J, Jaafar M. Impact of public health education on undue fear of COVID‐19 among nurses: The mediating role of psychological capital. Int J Ment Health Nurs. 2021 Apr;30(2):544–52.
17. Fazira E, I’tishom R, Amalia RB. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi terhadap Kesiapan Menarche pada Remaja Putri Awal. EMBRIO. 2022 May 31;14(1):9–15.
18. Ayuanida S, Dr. Asti Melani Astari SK, Ns. Muladefi Choiriyah SK. Hubungan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan Kesiapan Menghadapi Pubertas Siswa Laki-Laki (Usia 10-12 Tahun) di SDN Sananwetan 02 Kota Blitar [Internet] [Undergraduate thesis]. Universitas Brawijaya; 2021. Available from: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/187538/
Catatan
Catatan Penerbit
Penerbit PT Karya Inovasi Berkelanjutan menyatakan tetap netral sehubungan dengan buah pikiran yang diterbitkan dan dari afiliasi institusional manapun.
Pernyataan Konflik Kepentingan
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik kepentingan dengan pihak manapun.
Editor
Olivia Nency, SST., M.K.M. (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara).
Artikel yang diterbitkan mendapatkan lisensi Attribution-ShareAlike 4.0 International (CC BY-SA 4.0), sehingga siapapun dan di manapun memiliki kesempatan yang sama untuk menggali khazanah ilmu pengetahuan dan meningkatkan kesempatan terhadap diskusi ilmiah.