Web Analytics
Beralih ke bagian utama Beralih ke menu navigasi utama Beralih ke bagian footer website
Tabel 4. Karakteristik Berdasarkan Terapi Suportif
Artikel Orisinal
Diterbitkan: 09-11-2024

Gambaran peresepan obat antibiotik dan obat suportif pada pasien rawat jalan infeksi saluran pernapasan akut di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong, Tahun 2023

Program Studi Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua, Kota Sorong
Program Studi Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua, Kota Sorong
Gambaran peresepan obat Infeksi saluran pernapasan atas Obat antibiotik Obat suportif Puskesmas

Abstrak

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyebabkan peradangan pada salah satu atau lebih bagian saluran pernafasan, mulai dari hidung, tenggorokan, hingga paru-paru. Penyakit ini juga sering menyerang saluran pernafasan bagian atas dan bawah dan dapat berlangsung hingga 14 hari. Pengobatan ISPA dapat diperoleh secara mandiri oleh masyarakat, dan hal ini meningkatkan risiko terhadap kontraindikasi penggunaan obat. Selain pengobatan mandiri, pemeriksaan ISPA di fasilitas layanan kesehatan rawat jalan menggunakan peresepan obat antibiotik, dan obat suportif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peresepan obat pada pasien ISPA di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong. Penelitian dilaksanakan dengan metode kuantitatif retrospektif pada bulan Agustus-Desember 2023. Kriteria acuan data yaitu resep obat pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin, usia, terapi suportif, terapi antibiotik, serta kombinasi terapi antibiotik dan terapi suportif. Populasi penelitian yaitu seluruh resep yang diisi di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong pada bulan Agustus–Desember 2023 dan sampel yang digunakan adalah resep pasien ISPA yang mengandung antibiotik di Puskesmas Klasaman Sorong. Sejumlah 425 kunjungan pasien dengan pemeriksaan kesehatan, dan 163 kunjungan pasien ISPA. Hasil penelitian yaitu dari 163 kunjungan dan peresepan, pasien ISPA mayoritas berjenis kelamin wanita (58,90%), dan laki-laki (41,10%). Umur pasien dari kelompok umur 5-14 (20,86%), dan umur pasien 1 tahun (4,90%). Pengobatan ISPA dengan Paracetamol, Ibuprofen, Chlorpheniramine maleat, Alpara, Dexametasone, Methylprednison, Vitamin C dan B-Complex adalah yang paling banyak digunakan dan masuk dalam obat suportif, sedangkan terapi antibiotik yang umum adalah amoxicillin.

Penulis korespondensi: Ezra Pasaribu (ezrapasaribu449@gmail.com).

Pendahuluan

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang ditandai dengan menggunakan adanya infeksi akut dan peradangan di satu atau lebih bagian saluran pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan, sampai paru-paru (1). ISPA adalah infeksi akut yang menyerang satu atau lebih bagian saluran pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk pelengkapnya: sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (2). ISPA merupakan infeksi yang umum. Di negara berkembang seperti Indonesia, ISPA merupakan penyebab kematian yang cukup umum pada bayi dan anak kecil, yaitu satu dari empat kematian. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah kunjungan pasien di puskesmas dan rumah sakit, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2021, sebesar 40-60%, di mana 15-30% diantaranya disebabkan oleh ISPA (3).

ISPA disebabkan oleh serangan mikroorganisme pada saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari (4). Infeksi adalah penyebab paling umum dari Penyakit Pernafasan Intens seperti rinitis, sinusitis, faringitis, tonsilitis, dan radang tenggorokan. Hampir 90% kontaminasi disebabkan oleh infeksi, dan beberapa disebabkan oleh mikroba. Bakteri yang paling mungkin menyebabkan ISPA adalah Haemophilus influenza dan Streptoccocus pneumonia (1). Selain itu, terjadinya ISPA juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, gizi buruk; polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution); BBLR; kepadatan penduduk; kurangnya imunisasi campak; dan kurangnya pemberian ASI eksklusif (5).

Iklim atau lokasi rumah juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi ISPA. ISPA juga dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan dengan tingkat polusi yang rendah dan sanitasi yang buruk. Malnutrisi, berat badan lahir rendah, asupan ASI yang tidak mencukupi, polusi udara, perumahan yang padat, imunisasi yang tidak memadai, dan kekurangan vitamin A merupakan faktor risiko ISPA. Korelasi kejadian ISPA pada balita dengan perilaku hidup bersih dan sehat menunjukkan bahwa pentingnya manajemen ISPA dengan pendekatan keluarga. Hal ini disampaikan oleh Sutrisna & Wahyuni (6) bahwa PHBS merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi status kesehatan Balita.

Agen anti-infeksi digunakan untuk mencegah dan mengobati kontaminasi. Efek samping dari pengobatan ISPA yang dilakukan dalam praktik sehari-hari. Pengobatan tersebut dapat diperoleh secara mandiri oleh masyarakat, dan hal ini meningkatkan risiko terhadap kontraindikasi penggunaan obat (5).

Pengobatan ISPA meliputi pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis. Perawatannya mencakup pengobatan swamedikasi. Obat yang diperoleh melalui swamedikasi dapat berasal dari konsultasi kepada dokter spesialis atau membeli dari toko obat. Namun, pengobatan dengan metode ini dan menggunakan obat antimikroba seringkali dilakukan tanpa terlebih dahulu melakukan uji mikrobiologi atau uji daya tahan terhadap makhluk hidup penyebab infeksi, hal ini meningkatkan risiko terhadap resistensi obat (7).

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat dari resep yang diberikan kepada pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif retrospektif data kunjungan pasien rawat jalan selama bulan Agustus–Desember 2023. Semua resep pasien ISPA selama bulan Agustus-Desember 2023 di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong. Kriteria acuan data yaitu resep obat pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin, usia, terapi suportif, terapi antibiotik, serta kombinasi terapi antibiotik dan terapi suportif.

Populasi yang digunakan adalah seluruh resep yang diisi di Puskesmas Klasaman Sorong pada bulan Agustus–Desember 2023 dan sampel yang digunakan adalah resep pasien ISPA yang mengandung antibiotik di Puskesmas Klasaman Sorong. Sejumlah 425 kunjungan pasien dengan pemeriksaan kesehatan, dan 163 kunjungan pasien ISPA.

Data dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran pemberian antibiotik pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam format tabel.

Hasil

Jenis Kelamin Jumlah Kasus Persentase
Laki-laki 67 41,10
Perempuan 96 58,90
Total 163 100
Table 1. Karakteristik Kunjungan Pasien ISPA berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik jenis kelamin pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), didapatkan jenis kelamin laki-laki untuk jumlah kasus yaitu 67 orang dan persentasinya 41,10%, sedangkan pada jenis kelamin perempuan untuk jumlah kasus sebesar 96 orang dan persentasinya yaitu 58,90%. Jumlah kasus keseluruhan pada karakteristik jenis kelamin pasien ISPA sebanyak 163 orang.

Kelompok Umur (tahun) Jumlah Resep Persentase
< 1 8 4,90
1-4 23 14,11
5-14 34 20,86
15-19 9 5,52
20-29 22 13,50
30-39 13 7,98
40-49 17 10,43
50-59 16 9,82
> 60 21 12,88
Total 163 100
Table 2. Peresepan berdasarkan Kelompok Umur Pasien ISPA

Dari total 163 resep yang tercatat, kelompok usia 5-14 tahun merupakan kelompok dengan jumlah resep tertinggi, yaitu 34 resep atau 20,86% dari keseluruhan. Kelompok usia 1-4 tahun berada di urutan kedua dengan 23 resep (14,11%), diikuti oleh kelompok usia 20-29 tahun yang mencatat 22 resep (13,50%). Resep terbanyak berikutnya ditemukan pada kelompok usia lebih dari 60 tahun, dengan 21 resep (12,88%). Sementara itu, kelompok usia <1 tahun memiliki jumlah resep terendah dengan 8 resep (4,90%). Total keseluruhan data mencakup distribusi resep ke berbagai kelompok usia, menunjukkan adanya variasi kebutuhan layanan kesehatan di setiap kelompok umur.

Kategori Antibiotik Jumlah Persentase
Amoxicillin 23 48,94
Cefadroxil 14 29,78
Metronidazol 9 19,15
Ciprofloxacim 1 2,13
Total 47 100
Table 3. Karakteristik Kategori Antibiotik pada Peresepan Obat Pasien ISPA

Karakteristik berdasarkan terapi antibiotik pada data pada infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA), didapatkan untuk kategori antibiotik seperti amoxicillin, cefadroxil, metronidazole dan ciprofloxasin. Untuk antibiotik amoxicilin jumlah ada 23 dan presentasinya yaitu 48,94%, cefadroxil jumlah ada 14 dan presentasinya yaitu 29,78%, metronidazole jumlah ada 9 dan presentasinya yaitu 19,15%, sedangkan ciprofloxacin jumlah ada 1 dan presentasinya yaitu 2,13%. Keseluruhan dari kategori antibiotik berjumlah 47 dan untuk presentasi keseluruhan yaitu 100%.

Kategori Obat Nama Obat Jumlah Persentase
Analgetik/Antipiretik Paracetamol 55 22
Ibuprofen 49 19,6
Antihistamin Chlorpheniramine maleat 3 1,2
Cetirizin 9 3,6
Antitusif & Antihistamin Alpara 11 4,4
OBH syrup 12 4,8
Molex flu 7 2,8
Nufed 1 0,4
Tremenza 2 0,8
Bronkodilator Salbutamol 2 0,8
Kortikosteroid Dexamethasone 30 12
Methylprednison 40 16
Mukolitik Ambroxol 7 2,8
Glyceryl guaiacolate 10 4
Acetylcystein 1 0,4
Vitamin Vitamin B-complex 4 1,6
Vitamin C 7 2,8
Total 250 100
Table 4. Karakteristik Kategori Suportif pada Peresepan Obat Pasien ISPA

Hasil karakteristik berdasarkan terapi suportif dan gabungan terapi antibiotik, hasil untuk terapi suportif jumlah resepnya yaitu 142 dan presentase nya 87,11%, sedangkan hasil terapi antibiotik dan suportif jumlah resepnya 21 dan presentase 12,89%. Didapatkan untuk hasil keseluruhan dari jumlah resep yaitu 163 dan presentasenya 100%.

Pembahasan

Pasien dalam penelitian ini adalah orang yang telah mendapatkan diagnosis medis mengalami Penyakit Saluran Pernapasan Intens (ISPA) dan menjalani terapi jangka pendek di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong.

Infeksi saluran pernapasan akut merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, seringkali menyebabkan peningkatan morbiditas dan biaya perawatan kesehatan. Profil kejadian ISPA berdasarkan hasil penelitian ini terjadi mayoritas pada wanita. Temuan ini didukung oleh penelitian lainnya (1,2) bahwa infeksi saluran pernafasan atas umum terjadi pada wanita dibandingkan pria karena wanita lebih rentan akibat perbedaan hormonal. Perbedaan hormonal antara pria dan wanita, terutama yang berkaitan dengan estrogen dan progesteron, diidentifikasi sebagai salah satu kontributor kerentanan wanita terhadap ISPA. Harvey & Mcelvaney (8) pada kajiannya menyebutkan peran hormon estrogen terhadap cairan pada saluran pernapasan (airway surface liquid) yang meningkatkan sensivitasnya terhadap patogen dan zat asing. Hormonal dari perbedaan jenis kelamin tersebut memiliki peran penting terhadap pengaturan spesifik dari proses pada saluran pernapasan, mengontrol pernapasan, dan respons tubuh terhadap infeksi dan penyakit (9).

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari jumlah pemberian resep berdasarkan kelompok umur, dengan yang paling tinggi pada kelompok umur 5-14 tahun (34 resep, 20,86%), kemudian pada kelompok ≥ 60 tahun (21 resep, 12,88%), kelompok umur 50-59 tahun (16 resep, 9,82%). Berdasarkan informasi pada tabel. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak dalam rentang usia ini lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Usia 5-14 tahun merupakan fase penting dalam perkembangan fisik dan mental anak. Pada masa ini, organ-organ dan sistem kekebalan tubuh dalam tahap perkembangan (10,11). Sistem kekebalan yang belum sepenuhnya matang membuat anak-anak lebih rentan terhadap infeksi, termasuk ISPA.

Kejadian ISPA dapat pula dilatarbelakangi oleh faktor lingkungan. Wanita dan anak-anak merupakan kelompok rentan terhadap polusi udara dalam rumah tangga (12). Latar belakang lingkungan sosial dan rumah tangga tidak dikaji dalam penelitian ini, sehingga profil kejadian ISPA tidak secara komprehensif dapat diketahui faktor risiko yang melatarbelakanginya.

Penanganan ISPA di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong, pada bulan Agustus-Desember 2023 dengan menggunakan terapi antibiotik, dan terapi obat suportif. Resep obat antibiotik sebanyak adalah amoxicillin, cefadroxil, metronidazol, ciprofloxacin. Peresepan obat tersebut sesuai dengan penggunaan antibiotik yang diatur secara ketat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik. Peresepan antibiotik dikombinasikan dengan terapi obat suportif, dan hal ini bergantung dari hasil asesmen petugas medis (2). Berdasarkan hasil penelitian, terapi suportif yang diberikan adalah golongan antihistamin, antitusif, antihistamin, kortikosteroid, mukolitik. Obat-obatan tersebut bekerja secara langsung untuk tanda dan gejala ISPA. Penelitian juga mendapatkan peresepan vitamin sebagai terapi suportif, dan penggunaan suplementasi vitamin dari hasil penelitian secara kohort memberikan hubungan yang positif terhadap penurunan gejala ISPA (13).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan temuan dari penelitian ini, mayoritas penderita ISPA adalah perempuan dan terapi parasetamol, ibuprofen, chlorpheniramine maleat, alpara, dexamethasone, methylprednison, vitamin C & B compleks adalah yang paling banyak digunakan dan masuk dalam perawatan suportif. Terapi antibiotik yang umum adalah amoxicillin. Penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan faktor risiko ISPA antara lain status ekonomi, status gizi, kondisi lingkungan, dan rumah tangga perlu dilakukan untuk mengetahui lebih dalam penyebab ISPA, dan dapat dilakukan langkah pencegahannya.

Sumber Pustaka

1. World Health Organization. Haemophilus influenzae type b (Hib) [Internet]. 2017 [cited 2024 Oct 16]. Available from: https://www.who.int/europe/news-room/fact-sheets/item/haemophilus-influenzae-type-b-(hib)

2. Davies F, Francis NA, Cals JWL. Managing upper respiratory tract infections. BMJ. 2013 May 20;346:f2859.

3. Kementerian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Sibuea F, Hardhana B, Widiantini W, editors. Kementerian Kesehatan; 2022.

4. Dewi AL, Soebagyo B. Perbedaan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Antara Anak yang Diberi ASI Eksklusif dengan yang Diberi Pengganti ASI (PASI) pada Usia 7-24 Bulan [Internet] [Undergraduate thesis]. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2017 [cited 2024 Oct 15]. Available from: https://eprints.ums.ac.id/50356/

5. Devi AS, Emelia R. Gambaran Peresepan Antibiotik terhadap Pengobatan Pasien ISPA di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek. J Health Sains. 2021 Dec 25;2(12):1602–6.

6. Wahyuni NS. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2022. Kenali Tumbuh Kembang BBLR. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/756/kenali-tumbuh-kembang-bblr

7. Kurniawan K, Puspitasari I, Nuryastuti T. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Empirik Terhadap Outcome Klinik dan Gambaran Antibiogram Pada Pasien ISPA di Puskesmas Jetis Yogyakarta. Maj Farm. 2021 Sep 30;17(3):256–64.

8. Harvey BJ, McElvaney NG. Sex differences in airway disease: estrogen and airway surface liquid dynamics. Biol Sex Differ. 2024 Jul 18;15:56.

9. LoMauro A, Aliverti A. Sex and gender in respiratory physiology. Eur Respir Rev. 2021 Nov 3;30(162):210038.

10. Lambert L, Culley FJ. Innate Immunity to Respiratory Infection in Early Life. Front Immunol [Internet]. 2017 Nov 14 [cited 2024 Nov 8];8. Available from: https://www.frontiersin.org/journals/immunology/articles/10.3389/fimmu.2017.01570/full

11. Sly PD. Understanding the role of innate immune training in prevention of respiratory infections. Pediatr Pulmonol [Internet]. 2024 [cited 2024 Nov 8];n/a(n/a). Available from: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/ppul.27278

12. Aigbokhaode AQ, Isara AR. Household Air Pollution and Respiratory Symptoms of Women and Children in a Suburban Community in Nigeria. Turk Thorac J. 2021 Nov 1;22(6):466.

13. Raposo SE, Fondell E, Ström P, Bälter O, Bonn SE, Nyrén O, et al. Intake of vitamin C, vitamin E, selenium, zinc and polyunsaturated fatty acids and upper respiratory tract infection—a prospective cohort study. Eur J Clin Nutr. 2017 Apr;71(4):450–7.

Catatan

Catatan Penerbit

Penerbit PT Karya Inovasi Berkelanjutan menyatakan tetap netral sehubungan dengan buah pikiran yang diterbitkan dan dari afiliasi institusional manapun.

Pernyataan Konflik Kepentingan

Para penulis menyatakan tidak terdapat konflik kepentingan dengan pihak manapun.

Editor

Aan Yulianingsih Anwar, S.ST., M.Kes (Poltekkes Kemenkes Ternate, Indonesia).

Artikel yang diterbitkan mendapatkan lisensi Attribution-ShareAlike 4.0 International (CC BY-SA 4.0), sehingga siapapun dan di manapun memiliki kesempatan yang sama untuk menggali khazanah ilmu pengetahuan dan meningkatkan kesempatan terhadap diskusi ilmiah.

Cara Mengutip

Pasaribu, E., & Sanggel, M. J. (2024). Gambaran peresepan obat antibiotik dan obat suportif pada pasien rawat jalan infeksi saluran pernapasan akut di Puskesmas Klasaman, Kota Sorong, Tahun 2023. Kisi Berkelanjutan: Sains Medis Dan Kesehatan, 1(4). Diambil dari http://kisiberkelanjutan.com/index.php/smk/article/view/24