Web Analytics

Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer
Original Article
Published: 2025-08-29

Procrastination in the Implementation of Small Group Discussion among Second-Year Nursing Students at STIKes Dharma Husada

Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada
Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada
Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada
Small group discussion Nursing student Procrastination

Abstract

Introduction and Methods

Small Group Discussion (SGD) is a student-centered learning method that emphasizes collaborative group work. The implementation of SGD in various higher education institutions shows varying levels of preference for different SGD models, as well as diverse levels of procrastination. Therefore, evaluation of SGD implementation is necessary to ensure its alignment with students’ needs and the applied curriculum. This study aimed to identify procrastination in the implementation of Small Group Discussion (SGD) among second-year undergraduate nursing students at STIKes Dharma Husada.

This research employed a descriptive quantitative method with a total sample of 60 respondents, selected using a total sampling technique. The instrument used was a procrastination questionnaire for the implementation of SGD at STIKes Dharma Husada, adapted from Ferrari.

Results

Based on the frequency distribution, the study revealed that procrastination among second-year undergraduate nursing students at STIKes Dharma Husada (99.3%) was predominantly at a moderate level. Across four sub-variables of procrastination, the findings were as follows: Perceived Time was at a low level (65.2%), Intention–Action was at a moderate level (64.9%), Emotional Distress was at a moderate level (100%), and Perceived Ability was at a moderate level (57.9%).

Conclusion and Recommendations

Procrastination was observed across four stages. The most influential aspect affecting SGD was emotional distress (100%), while the least influential aspects were perceived time, intention–action, and perceived ability. Based on these findings, it is recommended that students enhance their time management skills and make sustained efforts to achieve better academic performance.

Pendahuluan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Notoatmodjo, 2020).

Pendidikan tinggi merupakan pendidikan lanjutan setelah pendidikan dasar dan menengah dilakukan. Kegiatan akademik yang dilakukan juga tidak sama dengan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Mahasiswa yang baru masuk tahap perkuliahan di perguruan tinggi akan mengalami proses transisi dari pendidikan menengah sehingga perlu menyesuaikan diri terhadap metode dan system pembelajaran di perguruan tinggi (Yuswardi, 2016). Pada tahap ini mahasiswa diberikan kemandirian belajar untuk mencapai indeks prestasi akademik yang baik. Indeks prestasi akademik telah menjadi symbol ukuran kemampuan pencapaian akademik. Prestasi akademik yang baik harus didukung dengan manajemen waktu yang baik.

Dalam manajemen waktu, mahasiswa dilatih untuk mengelola waktu secara efisien dengan membuat perencanaan, pengarahan dan pengawasan waktu agar tercapai tujuan yang telah direncanakan, dimulai dari penyusunan jadwal kegiatan, skala prioritas, perkiraan waktu untuk suatu kegiatan sampai evaluasi terhadap penerapan jadwal kegiatan yang telah dibuat sehingga setiap waktu yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara produktif.

Manajemen waktu berperan dalam penyelesaian tugas-tugas akademik mahasiswa dengan baik. Ketidakmampuan mahasiswa dalam memanajemen waktu mengakibatkan mereka cenderung menunda- nunda mengerjakan tugas-tugas akademik mereka. Penundaan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik ini disebut dengan istilah “prokrastinasi” (Gasim,2019).

Istilah prokrastinasi dikalangan ilmuwan digunakan untuk menunjukkan suatu kecenderungan dalam menunda-nunda memulai atau menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Istilah prokrastinasi pertama kali dicetuskan oleh Brown dan Holzman pada tahun 1967. Prokrastinasi akademik menurut Ferrari (1995), didefinisikan sebagai suatu perilaku menunda serta menyelesaikan tugas. Dahulu, penundaan dilihat sebagai manifestasi perilaku dari ketidakmampuan dalam manajemen waktu. Prokrastinasi tersebut dilakukan karena seseorang tidak mau dikatakan memiliki kemampuan yang rendah atau kurang dengan hasil kerjanya.

Ferrari mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati. Adapun ciri-ciri prokrastinasi berupa 1) Perceived time yaitu seseorang yang cenderung prokrastinasi adalah orang- orang yang gagal menepati deadline, 2) Intention- action yaitu celah antara keinginan dan tindakan, 3) Emotional distress yaitu adanya perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi,

4) Perceived ability yaitu keyakinan terhadap kemampuan diri.

Menurut Ferrari & Tice (2020) Dampak prokrastinasi bagi mahasiswa memiliki dampak diantaranya yaitu kecemasan dan ketakutan terhadap kegagalan, hambatan mahasiswa dalam mencapai kesuksesan akademis, menurunkan kualitas dan kuantitas pembelajaran, menambah tingkat stress.

Pembelajaran Student Centered Learning (SCL) merupakan pembelajaran yang mengutamakan pengembangan, kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian. Mahasiswa di motivasi sedemikian mungkin agar proses pembelajaran menjadi hangat, semua mahasiswa mengambil peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya serta sesuai dengan kompetensi maksimal yang dimilikinya.

Dari berbagai model pembelajaran yang ada, Program Studi Keperawatan telah menerapkan model pembelajaran Small Group Discussion memiliki ciri khas yang berbeda dimana proses pembelajaran tersebut dilakukan oleh ketua kelompok mahasiswa didampingi oleh dosen tutor untuk mendiskusikan suatu topik kemudian menganalisis, memperdebatkan topik, dan mengevaluasi informasi yang digunakan sebagai bukti yang mendukung untuk mencapai kesepakatan dalam kelompok.

Strategi pembelajaran dengan metode Small Group Discussion (SGD) sebagai salah satu alternatif yang dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di Perguruan Tinggi. SGD dianggap tepat dan relevan dengan tujuan dalam peningkatan kualitas proses perkuliahan, serta dapat mengaktifkan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Diterapkannya 7 jump untuk proses step by step nya pelaksanaan metode pembelajaran Small Group Discussion (SGD) pada tahun 2013 sampai dengan saat ini bersamaan dengan adanya skenario yang terdapat di dalam buku blok. 7 jump ini terdiri dari step 1

: clarifying unfamiliar terns, step 2 : problem definition, step 3 : brainstorming, step 4 : analyzing the problem, step 5 : formulating learning issues, step 6 : self-study dan step 7 : synthesis & reporting. Pada pelaksanaan ini dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama dimulai dari step 1 sampai step 5 di dampingi oleh dosen tutor, tahap kedua step 6 diluar dari pengawasan dosen tutor dan dilakukan secara mandiri, tahap ketiga atau step 7 tugas sebelumnya mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami dari step by step sebelumnya. Dari penjelasan diatas ditemukan sebuah permasalahan di tahap kedua (step 6) diantaranya : penundaan tugas, terhambat oleh tugas yang lain secara bersamaan yang mengakibatkan SGD ini menjadi terbengkalai (Abdullah Sani, 2019). Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan yang diuraikan diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan “ Bagaimana prokrastinasi dalam pelaksanaan Small Group Discussion (SGD) pada mahasiswa tingkat 2 Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prokrastinasi dalam pelaksanaan Small Group Disscusion (SGD) pada mahasiswa tingkat 2 Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada. Hasil dari penelitian dapat bahan evaluasi yang memberikan informasi dan masukan bagi mahasiswa dalam menjalani metode pembalajaran Small Group Discussion. Dengan demikian mahasiswa diharapkan lebih giat dan semangat mengikuti proses pembelajaran tersebut walaupun terkendala oleh situasi dan kondisi saat ini serta bagi program studi sarjana keperawatan dapat ,menjadi bahan evaluasi berkaitan dengan pembelajaran Small Group Discussion pada mahasiswa sarjana keperawatan tingkat II STIKes Dharma Husada.

Metode

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif deskriptif observasional. Penelitian kuantitatif deskriptif observasional dilakukan dengan tujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dengan cara melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap variable subjek penelitian dan pengumpulan data yakni pengolahan atau analisis data. Pendekatan waktu pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan desain one shot methode. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2024 yang dilakukan di STIKes Dharma Husada. Populasi dalam penelitian ini seluruh mahasiswa Sarjana Keperawatan Reguler Tingkat II Tahun Ajaran 2023/2024 STIKes Dharma Husada dengan total jumlah keseluruhan adalah 60 orang mahasiswa menggunakan teknik sampel non-probability sampling dengan total sampling.

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang disusun berdasarkan aspek-aspek variable penelitian. Dalam instrumen penelitian ini peneliti menggunakan skala kuesioner dari peneliti sebelumnya yakni Rafita Yeli pada tahun 2021 yang dilakukan di Universitas Islam Negeri Ar - Raniry Banda Aceh. Menurut Ferrari dalam buku prokrastinasi akademik (2020) mengatakan bahwa aspek prokrastinasi terdapat 4 aspek yaitu : 1) Perceived time berisi 5 pertanyaan pada no 1-5, 2) Intention-action berisi 4 pertanyaan pada no 6-9, 3) Emotional distress berisi 7 pertanyaan pada no 10-16, 4) Perceived ability berisi 5 pertanyaan pada no 17-22 . Untuk mengukur kuesioner pembelajaran prokrastinasi akademik dengan menggunakan skala likert empat alternative jawaban yaitu, sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk skor item favourable Sangat Sesuai (SS) = 4, Sesuai (S) = 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) = 2, Tidak Sesuai (TS) = 1. Sebaliknya untuk skor unfavourable Sangat Sesuai (SS) = 1, Sesuai (S) = 2, Sangat Tidak Sesuai (TS) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 4. Dari total 22 item pertanyaan, skor tertinggi adalah 88 dan skor terendah adalah 44. Dengan kategori pembelajaran prokrastinasi akademik tinggi, sedang, rendah.

Uji validitas terhadap skala prokrastinasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Rafita Yeli pada tahun 2021 yang dilakukan di Universitas Islam Negeri Ar - Raniry Banda Aceh, yaitu r tabel 0,374. Pada variabel yang berjumlah 22 item. Uji reabilitas terhadap skala prokrastinasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Rafita Yeli pada tahun 2021 yang dilakukan di Universitas Islam Negeri Ar – Raniry Banda Aceh yaitu bahwa variabel prokrastinasi memiliki nilai alpha Cronbach 0,871 memiliki reabilitas sangat tinggi, sehingga skala tersebut reliabel dan dapat digunakan peneliti selanjutnya.

Cara pengumpulan data dengan memberikan kuesioner pada responden di STIKes Dharma Husada. Pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu Editting (Memeriksa data), coding, entry/processing, cleaning dan analisa data

penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Frekuensi (60) Persentase
Laki-laki 16 26,7
Perempuan 44 73,3
Table 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan jumlah responden dengan jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan sebanyak 44 orang (73,3 %) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (26,7 %). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah et al., (2023) bahwa responden terbanyak adalah perempuan yaitu 52 orang (73,2 %) dibanding jumlah laki-laki yang hanya 19 orang (26,8 %).

Hal ini memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakan bahwa jenis kelamin perawat didominasi oleh perempuan, karena dalam sejarah keperawatan muncul sebagai peran care taking (pemberi perawatan). Keperawatan juga dikenal dengan istilah “mother instint”, sebab perawat dari suatu golongan naluriah sehingga perempuan lebih peka daripada laki-laki (Asmadi, 2020).

Kategori Frekuensi (60) Persentase
Tinggi 1 1,6
Sedang 18 31,5
Rendah 41 65,2
Table 2. Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Dalam Pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) Berdasarkan Aspek Perceived Time

Berdasarkan tabel 2 prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dari aspek perceived time mencapai hasil dengan kategori tinggi sebanyak 1 responden (1,6%), kategori sedang sebanyak 18 responden (31,5%) dan kategori rendah sebanyak 41 responden (65,2%). Hal ini menunjukan prokrastinasi dalam aspek perceived time yang paling terbanyak berada di kategori rendah.

Fakta diatas menunjukkan bahwa perceived time (waktu yang dirasakan) mahasiswa yang mereka rasakan sudah termasuk kedalam kategori rendah, artinya mahasiswa sudah mampu dalam menyelesaikan tugas dan kemampuan mengatur waktu secara tepat waktu, Hal tersebut dibuktikan dengan hasil total skor rata – rata keseluruhan pernyataan sebanyak 1.96 mengenai saya tetap menyelesaikan tugas meski banyak kegiatan lainnya, saya cenderung menunda menyelesaikan tugas yang diberikan dosen, saya berleha-leha ketika hendak memulai mengerjakan tugas kuliah, saya sering menunda menyelesaikan tugas yang sudah saya mulai dan saya selalu menunda menyelesaikan tugas karena tidak memiliki bahan untuk referensi.

Hal ini sejalan dengan peneltitian yang dilakukan oleh Atkinson didalam (Binasar 2021) mengemukakan bahwa dengan menyusun prioritas pentingnya mengingat terbatasnya waktu yang ada yaitu dengan mengurutkan prioritas paling tinggi sampai paling rendah dimana urutan ini dapat dilakukan untuk mempertimbangkan sesuatu yang lebih dahulu untuk dapat dilaksanakan dan di selesaikan.

Kategori Frekuensi (60) Persentase
Tinggi 7 3,9
Sedang 38 64,9
Rendah 15 31,2
Table 3. Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Dalam Pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) Berdasarkan Aspek Intention Action.

Berdasarkan tabel 3 prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dari aspek intention action mencapai hasil dengan kategori tinggi sebanyak 7 responden (3,9%), kategori sedang sebanyak 38 responden (64,9%) dan kategori rendah sebanyak 15 responden (31,2%). Hal ini menunjukan prokrastinasi dalam aspek intention action yang paling terbanyak berada di kategori sedang.

Fakta diatas menunjukkan bahwa aspek intetion action (tindakan niat) mahasiswa yang mereka rasakan sudah termasuk kedalam kategori sedang, artinya adanya kesesuaian antara niat dengan rencana dalam menyelesaikan tugas.mahasiswa yang berusaha berjuang untuk mendapatkan sesuatu dalam proses pembelajaran perkuliahan dimiliki oleh semua mahasiswa, Hal tersebut dibuktikan dengan hasil total skor rata – rata keseluruhan pernyataan sebanyak 2,46 mengenai tentang saya sering mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, sehingga penyelesaian tugas saya menjadi terlambat. mengenai saya tidak merasa kesulitan menyelesaikan tugas karena banyak kegiatan yang harus saya ikuti, saya butuh waktu yang panjang untuk menyelesaikan tugas kuliah dan saya tidak pernah terburu-buru dalam mengerjakan tugas.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gasim,(2020) mengemukakan bahwa seseorang individu harus mampu mengatur dirinya dengan menggunakan waktu dalam menentukan tujuan dan prioritas menetapkan kebutuhan dan keinginan dengan menyusun segi urutan berdasarkan kepentingannya, sehingga seseorang tersebut dapat mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan dapat mengoptimalkan waktunya.

Kategori Frekuensi (60) Persentase
Sedang 60 100
Table 4. Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Dalam Pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) Berdasarkan Aspek Emotional Distress

Berdasarkan tabel 4 prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dari aspek emotional distress mencapai hasil dengan kategori sedang sebanyak 60 responden (100%). Hal ini menunjukan prokrastinasi dalam aspek emotional distress yang paling terbanyak berada di kategori sedang. Pada aspek emotional distress memfokuskan pernyataan adanya kesenjangan mengerjakan tugas.

Fakta diatas menunjukkan bahwa aspek emotional distress (tekanan emosional) mahasiswa yang mereka rasakan sudah termasuk kedalam kategori sedang, artinya pada mulanya siswa tenang karena merasa waktu yang tersedia masih banyak. tanpa terasa waktu sudah hampir habis, ini menjadikan mereka merasa cemas karena belum menyelesaikan tugas. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil total skor rata – rata keseluruhan pernyataan sebanyak 2,51 mengenai saya tidak merasa kesulitan menyelesaikan tugas meski waktunya terbatas, saya tidak bisa menyelesaikan tugas sebelum waktu pengumpulan tugasnya, saya cenderung menunda menyelesaikan tugas yang diberikan dosen, saya sering menunda menyelesaikan tugas yang sudah saya mulai, saya selalu menunda menyelesaikan tugas kuliah karena tidak memiliki bahan untuk referensi, saya tetap menyelesaikan tugas meski banyak kegiatan lainnya.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferrari & Tice (2020) bahwa dampak mahasiswa mahasiswa yang banyak tugas revisi atau perbaikan ulang tugas dikarenakan kebiasaan responden yang mengerjakan tugas dengan tergesa-gesa. Perilaku ini membuat responden membutuhkan waktu tambahan lagi untuk menyempurnakan revisi tugas yang diberikan, sehingga waktu pengumpulan tugas tidak terjadwal sebagai mana mestinya. mahasiswa yang memiliki kepedulian penuh untuk dapat menyelesaikan tugas kuliah.

Kategori Frekuensi (60) Persentase
Tinggi 1 1,6
Sedang 30 57,9
Rendah 29 40,5
Table 5. Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Dalam Pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) Berdasarkan Aspek Perceived Ability

Berdasarkan tabel 5 prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dari aspek perceived ability mencapai hasil dengan kategori tinggi sebanyak 1 responden (1,6%), kategori sedang sebanyak 30 responden (57,9%) dan kategori rendah sebanyak 29 responden (40,5%). Hal ini menunjukan prokrastinasi dalam aspek perceived ability yang paling terbanyak berada di kategori sedang.

Hal tersebut dibuktikan dengan hasil total skor rata – rata keseluruhan pernyataan sebanyak 2,03 mengenai saya selalu menunda mengerjakan tugas karena saya lebih membutuhkan liburan. mengenai Rasa bosan tidak membuat saya bermalas - malasan dalam menyelesaikan tugas, tugas-tugas saya menjadi terbengkalai karena terlalu sering melakukan aktivitas diluar rumah, saya tetap memilih belajar materi kuliah walaupun diajak liburan ke pantai, saya tetap focus menyelesaikan tugas sehingga tugas saya jadi cepat selesai dan Saya lebih memilih untuk bersenang-senang dibandingkan menyelesaikan tugas kuliah.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Solomon & Rothblum, 1984, dalam Arumsari, 2019) mahasiswa lebih memilih untuk menyelesaikan tugas kuliah dibandingkan untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti, pergi ke bioskop, menonton TV dan lain- lain.

Fenomena diatas mendeskripsikan berbagai kelebihan dan kekurangan pada prokrastinasi berdasarkan pengalaman mahasiswa sarjana keperawatan tingkat II STIKes Dharma Husada. Beberapa tanggapan mahasiswa mengenai pembelajaran small group discussion dijadikan acuan dan evaluasi dan pertimbangan membawa perubahan bagi program studi sarjana keperawatan.

Kesimpulan

Karakteristik responden mahasiswa sarjana keperawatan tingkat II dengan jenis kelamin terbanyak yaitu Perempuan sebanyak 44 orang (73,3%) dan jenis kelamin terkecil yaitu laki-laki sebanyak 16 orang (26,7%). Prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) mahasiswa sarjana keperawatan tingkat II berada pada kategori sedang sebanyak 53 responden (99,3%). Prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dilihat dari aspek perceived time mayoritas berada pada kategori rendah sebanyak 41 responden (65,2%). Prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dilihat dari aspek intention action mayoritas berada pada kategori sedang sebanyak 38 responden (64,9 %). Prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dilihat dari aspek emotional distress mayoritas berada pada kategori sedang sebanyak 60 (100%). Prokrastinasi dalam pelaksanaan SGD (Small Group Discussion) dilihat dari aspek perceived ability mayoritas berada pada kategori sedang sebanyak 30 responden (57,9%).

Daftar Pustaka

Amanda L, Putri K, Qowi NH, et al. Mahasiswa memiliki banyak tugas terutama pada mahasiswa keperawatan. Published online 2021.

Arlan, Ariska Juniar, Nita Fitria, and Imas Rafiyah. 2021. “Intensi Melaksanakan Self Study (Seven Jump : Step 6) Dalam Small Group Discussion (SGD) Pada Mahasiswa Angkatan 2019 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.” Jurnal Ilmu Keperawatan 2(1): 95–108.

Andhika Mustika Dharma. Prokrastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa Program Studi Dharma Acarya. J Pendidikan, Sains Sos dan Agama. 2020.

Budiono. (2017). Konsep Dasar Keperawatan (Vol. 4, Issue 1).

Dharma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Dr. Abdul Fattah Nasution, M.Pd. 2023. 5 Revista Brasileira de Linguística Aplicada Buku Metode Penelitian Kualitatif.

Efendy, M., & Haryanti, A. (2020). Konsep Diri Dan Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Penelitian Psikologi, 1(01), 21–29.

Hakim NR, Prihandhani IS, Wirajaya IG. Hubungan Manajemen Waktu Dengan Kebiasaan Prokrastinasi Penyusunan Skripsi Mahasiswa Keperawatan Angkatan VIII Stikes Bina Usada Bali. J Pendidik. 2019.

Hardani et al. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Issue March).

Ibrahim, S., Mas,, S., Suking, A., & Rahim, N. (2022). Perbandingan Sistem Pendidikan Sarjana Keperawatan Indonesia dan Inggris. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN.

Khotimah, Khusnul, Suratmi Suratmi, and Nurul Hikmatul Qowi. 2022. “Relationship of Time Management with The Habit of Academic Procrastination in Nursing Students.” Journal of Nursing and Midwifery Sciences 1(2): 1–8.

Karimatul Ummah et al. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Student Centered Learning (SCL) Berbasis Aktivitas Pada Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Di Fakultas Hukum UII. 2(1), 199–212

Kuswandi, Novianta. 2009. “Analisis Deskriptif Faktor-Faktor Penyebab Prokrastinasi Penyelesaikan Skripsi Pada

Mahasiswa Strata Satu Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Angkatan 2001 Dan 2002.” Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah 1(1): 17–26.

Munandar, A. (2021). Sistem Student Centered Larning dan Teacher Center Learning, Bandung: CV. Media Sains Indonesia.

Nisa, Nur Khoirun, Hamid Mukhlis, Dian Arif Wahyudi, and Riska Hediya Putri. 2019. “Manajemen Waktu Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Keperawatan.” Journal of Psychological Perspective 1(1): 29–34.

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Oktarina, Y., & Rudini, D. (2022). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING ( PJBL ). 6(33), 11–16.

Panggabean, S. (2021). Konsep Student Center Learning dan Teacher Center Learning. In M. K. Ns. Arif Munandar, S.Kep. (Ed.), Sistem Student Center Learning dan Teacher Center Learning.

Peraturan Pemerintah No. 57. (2021). Peraturan Pemerintah Standar Nasional Pendidikan Nomor 57 tahun 2021. 102501,

35.

Permendikbuddikti. (2023). Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Aleph, 87(1,2), 149–200.

Putri, Karolin Paninzela Dwi, Fathra Annis Nauli, and Ari Rahmat Aziz. 2023. “Hubungan Burnout Terhadap Perilaku Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Riau.” JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa 2(2): 164–77.

Putri, N. I., & Edwina, T. N. (2020). Task Aversiveness Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 124–140.

Prof. Dr. Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D

Profil Program Studi Sarjana Keperawatan. (n.d.). https://stikesdhb.ac.id/programstudi-s- 1-ilmu-keperawatan/

Rahmatia R, Rahman NHA. Model Pengentasan Sikap Prokrastinasi Akademik (Studi Pengembangan Berbasis Cognitive Behavior Therapy). J Psikol Pendidik dan Konseling J Kaji Psikol Pendidik dan Bimbing Konseling. 2015

Rahmatia, Rahmatia, and Nur Halim Abdul Rahman. 2015. “Model Pengentasan Sikap Prokrastinasi Akademik (Studi Pengembangan Berbasis Cognitive Behavior Therapy).” Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling 1(2): 133.

Sihombing, L. M. (2020). Pendidikan dan Karakter Mahasiswa di Perguruan Tinggi. JURNAL CHRISTIAN HUMANIORA.

SINGKIL P. Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh 1441 H/2020 M. Published online 2021.

Soegiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Solikhatun, Noventi. 2018. “Pengaruh Efikasi Diri Dan Konformitas Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.” : 1–86.

Sri Gunani Partiwi, dkk. (2023). Panduan implementasi pembelajaran berpusat pada mahasiswa. 52.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Ulfa, R. (2021). VARIABEL PENELITIAN DALAM PENELITIAN

PENDIDIKAN. Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman

Wahid, Ahmad, and Neviyarni Suhaili. 2024. “Efektivitas Layanan Informasi Dengan Format Klasikal Menggunakan Metode Small Group Discussion Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Akademik Siswa SMA Negeri 10 Padang.” Arzusin 4(2): 391–401.

Metrics

Metrics Loading ...

How to Cite

Erawan, A. N., Airin, Z. N., & Rejeki, Y. F. (2025). Procrastination in the Implementation of Small Group Discussion among Second-Year Nursing Students at STIKes Dharma Husada. Kisi Berkelanjutan: Sains Medis Dan Kesehatan, 2(3), e61. Retrieved from https://kisiberkelanjutan.com/index.php/smk/article/view/61